
sudah tersebut.Cukup lama dinantikan, akhirnya datang juga.Beginilah kira-kira ungkapan masyarakat desa pargarutan merespon inisiatif program pengembangan usaha alternative, yang difasilitasi oleh The Nature Conservancy.Ini bukanlah kali pertama bagi TNC untuk memberdayakan masyarakat, khususnya yang bermukim di sekitar tor simiccak.Namun di desa pargarutan, adanya TNC sungguh menjadi harapan baru untuk memulai perubahan pengelolaan sumber daya alam yang lebih berprinsip pada kelestarian, keberlanjutan, manfaat dan pemberdayaan. karang taruna dan Kelompok Peternak Lebah “Tunas baru”, bisa jadi menjadi pionir untuk menuju cita-cita tersebut. Sabtu, 30 April 2009, Kelompok Peternak Lebah madu di pargarutan yang beranggotakan 20 orang, untuk kali pertama menerima pengkayaan pengetahuan dan ketrampilan praktis bagi pemula untuk beternak lebah madu. Bapak midun, seorang yang telah puluhan tahun menekuni dan telah merasakan manfaat beternak lebah madu, membagikan pengalamannya kepada Kelompok peternak lebah di pargarutan. penuturan bahasa yang sederhana, yang kerap mencampur bahasa Indonesia dengan batak mandailing, justru menciptakan suasana pelatihan menjadi lebih dinamis dan hidup.Praktis tiga jam digunakan untuk tanya jawab dilalui tanpa terasa.Tentu saja, agar tetap sistematis diskusi itu tetap mengacu pada modul yang sebelumnya telah dibagikan. Kesannya, peserta pelatihan mudah memahami materi pengenalan jenis lebah (Apis Cerana dan Apis Nigrocinta), karasteristik jenis lebah, pola membangun sarang dan koloni, membedakan lebah ratu, jantan dan pekerja, teknik pengandangan lebah liar, pemilihan jenis kayu untuk stup, jenis-jenis pakan lebah, hama dan tips mengatasinya, cara-cara pemanenan, dan pengenalan alat-alat dan bahan utama dalam memulai beternak lebah (kurungan ratu, masker, smoker, pakaian pengaman, pisau, baskom, tali plastic, dll). Sesi kedua, adalah praktek teknik pemanenan madu.Kegiatan ini dilakukan diluar ruangan (pekarangan), dengan memanfaatkan empat stup siap panen yang sebelumnya telah disiapkan.Sesi ini lumayan menarik perhatian masyarakat yang tidak terlibat dalam pelatihan tersebut. Alhasil, warga beramai-ramai melihat praktek panen madu. Dengan penuh kesabaran Bapak Midun memberikan contoh bagaimana teknik panen tersebut, mulai dengan mengangkat frame, memilih sarang dan menunjukkan batas-batas sel sarang untuk madu, ratu, jantan dan pekerja, mengiris sarang hingga memeras madu. Yang paling menakjubkan adalah perubahan sikap peserta pelatihan. Awalnya, mereka cenderung kuatir dengan sengatan dan was-was untuk mendekati bahkan membuka stup lebah. Namun secara perlahan kekuatiran tersebut berangsur hilang, ketika kotak lebah mulai dibuka, ratusan lebah pekerja beterbangan di sekitar mereka tanpa satupun yang menyengat. Percaya diri yang tumbuh tersebut semakin memupuk semangat bahwa mengapa tidak mencoba membudidayakan lebah? Bahkan di sela-sela panen madu, Bapak Mdun mempraktekkan pengobatan alternatif yang memanfaatkan sengatan lebah untuk mengobati jenis-jenis penyakit tertentu. TNC pada kesempatan ini berkomitment untuk mendampingi kelompok peternak lebah madu di desa panompuan dan pargarutan termasuk memberikan bantuan peralatan. Menyusul kelompok yang ada di Bobo yang sebelumnya telah menerima beberapa peralatan (masker, smoker, sarung tangan dan stup super), maka kelompok di Pargarutan-pun kedepan akan memperoleh dukungan yang sama. Bahkan karena pertimbangan bahwa kelompok di Pargarutan masih benar-benar pemula, TNC telah menyediakan dua stup lengkap dengan koloni lebah untuk masing-masing anggota kelompok. Pasca pelatihan, masing-masing anggota kelompok telah menerima satu unit stup plus dengan koloni. Satu stup lagi direncanakan akan diberikan pada bulan April 2009, bersamaan dengan masker, smoker dan sarung tangan karet. Desa Kapiroe adalah satu dari dua desa (desa Bobo) di Kecamatan Angkola timur yang telah memiliki Kesepakatan Konservasi Masyarakat (KKM) untuk kolaborasi pengelolaan TNLL. Budidaya lebah madu, sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat Pargarutan, bahkan beberapa warga dulunya pernah membudidayakan melalui pengetahuan yang diperoleh dari informasi antar masyarakat. Belum pernah ada instansi atau pihak luar yang memberikan pengetahuan teknis, sehingga usaha ini hanya dijalankan “seadanya” saja. Padahal tidak jarang masyarakat pargarutan menjumpai koloni-koloni lebah (yang bisa diternakkan), di sekitar rumah, pekarangan dan kebun.Cenderung mereka lebih memilih mengusir koloni lebah tersebut daripada memeliharanya.Hal ini wajar, karena rata-rata meraka awam dan kuatir jika sewaktu-waktu diserang (disengat) oleh lebah. Meskipun sebenarnya mereka juga mengetahui dan menyukai madu yang dihasilkan oleh lebah-le
Tidak ada komentar:
Posting Komentar