Rabu, 29 April 2009

Lestarikan hutan



SIPIROK-METRO
Pemanasan global (global worning) merupakan salah satu dampak dari begitu banyaknya masalah yang ditimbulkan kerusakan hutan akibat ulah manusia sendiri dalam memaksakan kehendak dengan membabat hutan sesuka hati tanpa di barengi perasaan bahwa hutan merupakan harta karun yang harus dijaga karena merupakan paru-paru dunia dalam mengantiusipasi pemanasan global yang menjadi marak terjadi akhir akhir in, disamping itu keberadaan satwa yang dilindungi yang hidup didalamnya , yang merupakan satwa cagar alam tentunya sangat perlu diperhatikan kelestariannya dagar selalu berada dihabitat aslinya dengan koridor yang jelas karena merupakan suatu kekayaan alam Indonesia dan sudah diakui dunia, krisis kehutanan atau kerusakan lingkungan kehutanan telah menjadi keperihatinan masyarakat baik secara global, nasional maupun lokal. Pelestarian kawasan hutan merupakan solusi yang tepat demi menyelamatkan warga masyarkat yang ada sekarang dan anak cucu nantinya dari berbagai ancaman dan macam masalah yang timbul. Jelas yang menjadi ancaman terlihat seperti pemanasan global, terjadinya berbagai polusi, punahnya berbagai keanekaragaman hayati, keterbatasan persediaan sumberdaya alam, serta kemiskinan.
Demikian disampaikan Kordinator Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) Tapsel Ir. Hairullah Ritonga pada METRO Selasa (28/4), dalam kesempatan Acara Focus Group Discusi (FGD) bersama perwakilan warga desa kawasan koridor hutan batang toru di Balai Desa Kecamatan Sipirok.
“ YEL bersama Pemkab Tapsel melakukan kajian dan pemetaan koridor hutan Tapsel yang merupakan rangkaian upaya pelestarian kawasan hutan Batang Toru menyambungkan cagar alam dolok Sibualbuali Sipirok guna konservasi kawasan dan satwa yang dilindungi dan merupakan kekayaan alam ,” kata Ritonga.
Mengingat jenis satwa yang dilindungi mencegah kepunahan semisal Harimau sumatera, Tapir ( sipan), Kambing Hutan, Orang Utan, Babi Hutan, Kijang, Beruk, Landak yang merupakan hewan yang dilindungi dimana populasinya semakin terancam dan membutuhkan wilayah jelajah yang luas dalam mencari makan demi kelangsungan hidupnya . Tentunya dalam pengembangan koridor yang ideal baik buatan maupun yang alami, hendaknya berukuran luas dan memiliki kawasan penyangga, sehingga ketika ada ancaman tidak akan secara langsung berdampak pada koridor utama.
Dikatakan Ritonga, koridor merupakan wilayah yang biasa dilalui atau dilewati yang merupakan lintasan rutinbagi satwa dalam kawasan hutan, tentunya sangat penting bagi konservasi kawasan dan satwa. Dimana kerusakan lingkungan kehutanan telah membuat berbagai ancaman terhadap satwa -satwa, seperti kepunahan pada populasi akibat koridor tadi semakin didesak kepentingan warga dalam mengembangkan perluasan lahan pertanian,yang mengakibatkan keberadaan satwa yang dilindungi tersebut tidak bebas lagi dalam kawasannya sendiri bahkan kelompok burung sekalipun akan bermigrasi. “ untuk itu perlu kajian dan pemetaan koridor guna pelestarian kawasan antara Blok Hutan Batang Toru Barat yang meliputi kawasan Cagar Alam Dolok sibualbuali Sipirok, daerah hutan desa Hutaimbaru Kecamatan Sipirok, Hutan blok Batang Toru Barat dengan Cagar Alam Dolok Sibualbuali di desa Bulumario, Sitandiang, Batu Satahil, dan Aek Nabara Kecamatan Sipirok dan Kecamatan Marancar serta Hutan Batang Toru Blok Barat dengan Dolok Lubuk Raya di Marancar godang dan Simaninggir Kecamatan Marancar.” Katanya.
Lebih lanjut diutarakan, ada tiga koridor potensial disekitar Hutan Batang Toru yang dapat dijadikan daerah target untuk intervensi penting yakni, Koridor I ( Marancar Godang, Simaninggir), Koridor II (Aek Nabara, Bulu Mario, Sitandiang, Batu Satahil) serta Koridor III (Hutaimbaru), ‘’untuk itu kita mengundang mereka sebagai perwakilan warga Kecamatan Sipirok dari desa Bulumario, Sitandiang, Batu Satahil, Hutaimbaru, serta sekitarnya guna diberikan pemahaman tentang kepedulian dalam pentingnya menjaga kelestarian hutan yang merupakan paru paru dunia sekaligus perlunya menjaga satwa yang dilindungi didalamnya agar tetap berada di habitat aslinya karena merupakan kekayaan bangsa yang dapat dibanggakan pada dunia, tentunya semua pihak dapat bekerja sama terhadap upaya pelestarian kawasan hutan dalam kehidupan serta memahami arti penting koridor yang ditentukan bagi kehidupan satwa yang dilindungi tersebut’’ harapnya ..
Pelaksanaan acara juga didampingi Tenaga Survey Irsan Simanjuntak , Staf Dishut dan Pertanahan Tapsel H.M Tohir Tua Lubis, Staf Bappeda Tapsel Asrul Siregar, serta aparat Pemerintah Kecamatan Sipirok Bayo Angin Harahap. Hairullah menambahkan, bagi mereka warga desa yang berada dekat dengan wilayah kehutanan tentunya harus lebih menjaga kondisi kehutanan, jangan membiarkan orang lain menjarah serta membabat hutan kita (illegal logging), karena biar bagaimanapun kita sendiri yang akan merasakan dampak utama yang timbul dari perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab tersebut yang hanya memikirkan diri sendiri dengan seenak perutnya menghabisi hutan padahal masih banyak yang memrlukannya tetap seperti sedia kala. “ untuk itu kita berharap kepada perwakilan warga Bulumario, Sitandiang, Hutaimbaru, Batusatahil yang berhadir dalam kesempatan FGD ini bisa mensosialisasikan serta menghimbau kepada warga masyarakat agar bersama-sama menjaga kawasan hutan demi kelestarian lingkungan dan kelangsungan habitat,” himbau ritonga.
Sementara perwakilan warga desa seperti Kholis Siregar , Jainal Abidin Simbolon , J. Nasution, Rudi Pohan, Batubara, menuturkan sangat berterima kasih kepada “YEL” dan Pemkab Tapsel yang dimana antusias dalam memperhatikan lingkungan kehutanan, karena biar bagaimanapun Hutan tidak terlepas dari kelangsungan kehidupan habitat serta kehidupan umat manusia . “ mudah mudahan apa yang menjadi program Yayasan Ekosistem Lestari dan Pemkab Tapsel akan kita dukung guna menghindari terjadinya krisis lingkungan yang menjadi ancaman seluruh mahluk hidup dimuka bumi ini ” ungkap mereka.mengakhiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar